BAB 2
HAKIKAT , DEFINISI , DAN KONTEKS KOMUNIKASI
Komunikasi adalah topik yang amat sering diperbincangkan bukan hanya dikalangan
ilmuan komunikasi, melainkan juga dikalangan awam. sehingga kata komunikasi itu
sendiri memiliki terlalu banyak arti yang berlainan.
Kata komunikasi atau communication dalam
bahasa inggris berasal dari bahasa Latin communis yang berarti
“sama,”1communico,2communicatio,3 atau communicare4yang
berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling
sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata
Latin lainnya. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, makna atau pesan
dianut secara sama.
Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga
menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunitas adalah sekelompok orang yang
berkumpul atau hidup bersama0 untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka
berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak akn ada komunitas, karena
komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan.
Berbicara tentang komunikasi tidak ada definisi yang benar ataupun yang salah. Definisi
tentang komunikasi, misalnya “komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media
elektronik,” atau terlalu luas, misalnya “komunikasi adalah interkasi antara
dua makhluk hidup atau lebih,” sehingga peserta komunikasi ini mungkin termasuk
hewan, tanaman atau bahkan jin.
Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai “berbagi pengalaman” Dalam buku
ini, komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi manusia (human
communication). Sebelumnnya kita bahas komunikasi hewan selintas
membandingkan dengan komunikasi manusia.
KOMUNIKASI HEWAN
Komunikasi antar hewan berbeda dengan komunikasi manusia. Bahkan ada dugaan
bahwa Hewan lebih mampu mendeteksi fenomena alam daripada manusia yang biasanya
disebut indra keenam.
Komunikasi hewan sangat sederhana ditandai
dengan tindakan-tindakan bersifat refleks. Mereka tidak dapat menafsirkan
perilaku hewan lain, karena mereka tidak memiliki dan tidak berbagi isyarat
simbolik untuk menyesuaikan diri dengan perilaku hewan lain. Pertukaran isyarat
bersifat instinktif tanpa menyadari dan memastikan bukan hanya makna, motif dn
maksud iyarat lain, namun juga makna, motif dan maksud isyarat sendiri.
Manusia bukan satu-satunya makhluk yang mampu bekerjasama dengan sesamanya
untuk mencapai tujuan bersama, namun mereka adalah satu-satunya makhluk yang
berbudaya. Sebagian hewan bekerjasama dengan sesamanya dengan cara elementer.
Mereka dilatih lebih baik lagi dalam laboratorium. Kerjasama itu tampaknya
mirip komunikasi, meskipun tidak sempurna.
Dalam dunia hewan, serangga-lah yang menampakkan kualitasnya yang terbaik.
Semut, rayap dan lebah diberkahi dengan naluri yang membuat perilaku mereka
sangat sosial. Serangga melakukan komunikasi antarindividu. Hewan selain
serangga di luar manusia tidak menampakkan kemampuan berkomunikasi dengan
kecermatan, namun mereka dapat berkomunikasi melalui berbagai jenis suara untuk
menyatakan emosi, menarik perhatian, atau memenuhi keinginan dan kebutuhannya.
Komunikasi serangga tidak melibatkan proses belajar.
Pada komunikasi ayam, menurut defleur urutan pematukan, dan
tindakan mematuk itu sendiri merupakan contoh klasik bentuk komunikasi, yakni
komunikasi dengan tanda alamiah (natural sign). Akan tetapi, isyarat itu tidak
sama dengan manusia, karena ayam tidak memiliki proses kognitif yang
berhubungan dengan tanda-tanda tersebut.
Menurut DeFleur, tindakan komunikatif di antara hewan yang diperoleh lewat
belajar ini dilandasi penggunaan tanda alamiah. Esensi suatu tanda alamiah
adalah stimulus baru yang mendahului stimulus lain (yang mampu membangkitkan respons)
sedemikian rupa sehingga setelah serangkaian pertukaran stimulus itu terjadi,
stimulus baru mampu membangkitkan respons, dengan mengabaikan stimulus semula,
sehingga membentuk kebiasaan baru pada individu.
Beberapa hewan berkomunikasi terutama lewat suara mereka, hewan lainnya
terutama lewat perilaku mereka, berupa isyarat sederhana, atau kombinasi
keduanya. Namun umumnya cara berkomunikasi hewan yang tingkatannya lebih tinggi
ini tidak lebih baik daripada komunikasi serangga terutama dalam “komunikasi
organisasi”-nya. Organisasi serangga jauh lebih rumit daripada organisasi hewan
lain. Alasannya adalah masyarakat bisa eksis berdasarkan naluri dan bahasa.
Serangga memiliki yang pertama dan manusia yang kedua, dn hewan lain tidak
memiliki keduanya secara memadai.
Tampaknya naluri hewan berbanding terbalik dengan intelegensinya. Semakin
tinggi intelegensinya, semakin rendahlah nalurinya. Namun hanya manusia, hewan
yang tingkatannya tertinggi, yang mampu menggunakan kombinasi berbagai suara
(bahasa) yang rumit untuk berkomunikasi. Penggunaan bahasa inilah, yakni
seperangkat simbol yang mewakili suatu objek, peristiwa atau gagasan yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Dan bahasa ini pula, sebagai suatu
sistem lambang yang punya peran terpenting dalam pembentukan, pemeliharaan,
atau pengembangan budaya di kalangan manusia. Komunikasi manusia itu unik
berkat kemampuan manusia yang istimewa untuk menciptakan dan menggunakan
lambang-lambang, sehingga dengan kemampuan ini manusia dapat berbagi pengalaman
secara tidak langsung maupun memahami pengalaman orang lain. Yang membedakan
komunikasi manusia dengan komunikasi hewan (dan tanaman) adalah makna.
Komunikasi manusia bermakna (meaningful)-penuh dengan makna. Komunkasi
hewan dan tumbuhan tidak demikian.
Setiap makhluk mempunyai bahhasa yang berbeda untuk berkomunikasi, maka sulit
bagi makluk hidup yang berbeda untuk berbagi pengalaman secara penuh seperti
manusia.
KEANEKARAGAMAN DAN KONTROVERSI DEFINISI KOMUNIKASI
ini sulit ditentukan. Semua pakar komunikasi sepakat bahwa
komunikasi mencakup perilaku sengaja yang diterima, namun mereka tidak sepakat
perilaku lainnya yang dianggap sebagai komunikasi.
Banyak definisi komunikasi bersifat khas, mencerminkan paradigma atau
perspektif yang digunakan ahli komunikasi tersebut dakam mendekati Terdapat
ratusan definisi komunikasi yang telah dikemukakan para ahli. Seringkali
definisi komunikasi berbeda atau bahkan bertentangan dengan definisi lainnya.
Dance menemukan tiga dimensi konseptual
penting yang mendasari definisi-definisi komunikasi. Dimensi pertama adlah
tingkat observasi (level of observation) atau derajat keabstrakannya.
Dimensi kedua adalah kesengajaan (intentionality). Contoh definisi yang
mensyaratkan kesengajaan ini dikemukakan Gerald R. Miller , yakni komunikasi
sebagai “situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu
pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku
penerima.” Sedangkan definisi komunikasi yang mengabaikan kesengajaan adalah
definisi yang dinyatakan Alex Gode, yakni “suatu proses yang membuat sama bagi
dua orang atau lebih apa yang tadinya merupakan monopoli seseorang atau
sejumlah orang.”
Dimensi ketiga adalah penilaian normatif. Sebagian deinisi, meskipun secara implisit menyertakan
keberhasilan atau kecermatan sebagian lainnya tidak seperti itu.
Littlejohn menyebutkan, setidaknya terdapat tiga pandangan yang dapat
dipertahankan. Pertama, komunikasi harus terbatas pada pesan yang secara
sengaja diarahkan kepada orang lain dan diterima oleh mereka. Kedua, komunikasi
harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi penerima, baik disengaja atau
tidak. Ketiga, komunikasi harus mencakup pesan yang dikirimkan secara sengaja,
namun fenomena komunikasi. Paradigma ilmiah (objektif, mekanistik,
positivistik) yang penelaahannya berorientasi pada efek komunikasi tampak
dominan, mengasumsikan komunikasi sebagai suatu proses linier atau proses
sebab-akibat, yang mencerminkan pengirim pesan atau yang biasa disebut
komunikator/pengirim (yang aktif) untuk mengubah pengetahuan, sikap atau
perilaku komunikate/penerima yng pasif.
Dalam pendekatan saintifik oarang yang terlibat dalam komunikasi dikategorikan
sebagai pengirim pesan dan penerima pesan, dalm pendekatan yang humanistik,
mereka disebut peserta komunikasi atau keduanya disebut komunikator.
Tidak semua perilaku manusia adalah komunikasi. Bentuk umum tindakan orang yang
terlibat komunikasi, yaitu penciptaan pesan dab penafsiran pesan. Komunikasi
manusia melibatkan setidaknya dua orang, meskipun dua orang tersebut tidak
bertatap-muka atau bahkan tidak sejaman.
Komunikasi dengan diri sendiri (komunikasi intrapribadi) tidak dibahas dalam
ilmu komunikasi, lebih dikenal dalam disiplin psikologi. Komunikasi
intrapribadi takkan pernah terjadi bila manusia tidak pernah berkomunikasi
dengan orang lain , karena konsep diri seseorang hanya akan tumbuh lewat
komunikasi dengan orang lain.
TIGA KONSEPTUALISASI KOMUNIKASI
Setidaknya ada tiga kerangka pemahaman
mengenai komunikasi menurut John R. Wenburg dan William W. Wilmot juga Kenneth
K. Sereno dan Edward M Bodaken
Komunikasi sebagai tindakan satu-arah
Komunikasi
dianggap suatu proses linear yang dimulai dengan sumber atau pengirim yang
berakhir pada penerima, sasaran atau tujuannya.
Pemahaman komunikasi sebagai proses searah kurang sesuai bila diterapkan pada
komunikasi tatap-muka, namun tidak keliru bila diterapkan pada komunikasi
publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya-jawab dan komunikasi massa (cetak
dan elektronik)
Pemahaman komunikasi searah ini oleh Michael Burgoon disebut “definisi
berorientasi-sumber”. Ini mengisyaratkan komunikasi sebagai semua kegiatan yang
secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk
membangkitkan respons orang lain. Konseptualisasi komunikasi sebagai tindakan
satu arah menyoroti penyampaian pesan yang efektif dan mengisyaratkan bahwa
semua kegiatan bersifat instrumental dan persuasif.
Lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu sumber ,
komunikator , pembicara, atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif
atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Pesan yaitu apa yang
dikomunikasikan oleh sumber verbal atau nonverbal yang mewakili pesan, nilai,
gagasan atau maksud sumber tadi. Saluran atau media, yakni alat atau wahana
yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Penerima
sering juga disebut sasaran / tujuan , komunikate atau khalayak, pendengar,
penafsir, yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Efek, yaitu apa yang
terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misal terhibur,
setuju atau tidak setuju, dsb.
Unsur komunikasi yang sering ditambahkan adalah umpan balik
(feed back), gangguan / kendala komunikasi (noise / barriers) dan konteks atau
situasi komunikasi.
Komunikasi sebagai interaksi
Konseptualisasi
kedua yang sering diterapkan pada komunikasi adalah interaksi. Dalam arti
sempit interaki berarti saling mempengaruhi.
Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan proses
sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Bila yang satu sebagai
pengirim maka yang satunya lagi sebagai penerima, begitu pula sebaliknya.
Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikt lebih dinamis daripada komunikasi
sebagai tindakan satu-arah. Salah satu unsur yang dapat ditambahkan dalam
konseptualisasi kedua ini adalah umpan-balik (feed back). Tidak semua respons
penerima adalah umpan balik. Suatu pesan disebut umpan balik bila hal itu
merupakan respons terhadap pesan pengirim dan bila mempengaruhi perilaku
selanjutnya pengirim. Umpan balim juga tidak harus disengaja. Umpan balik itu
sendiri sebenarnya bisa berasal dari saluran komunikasi atau daei lingkungan,
sejauh digunakan oleh komunikator sebagai petunjuk mengenai efektivitas pesan
yang disampaikannya.
Konsep umpan balik dari penerima (pertama) ini sekaligus merupakan pesan
penerima (yang berganti peran menjadi pengirim kedua) yang disampaikan kepada
pengirim pertama (yang saat itu berganti peran menjadi penerima kedua).
Komunikasi sebagai transaksi
Dalam konteks ini
komunikasi adalah proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh
bersifat pribadi.
Semakin banyak orang yang berkomunikasi,
semakin rumit transaksi komunikasi yang terjadi. Dalam konteks ini komunikasi
adalah proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada
dasarnya bersifat pribadi.
Komunikasi sebagai transaksi bersifat intersubjektif, yang dalam bahasa
Rosengren disebut komunikasi penuh manusia. Penafsiran Anda atas perilaku
verbal dan nonverbal orang lain yang Anda kemukakan kepadanya juga mengbubah
penafsiran orang lain tersebut atas pesan Anda dan pada gilirannya, mengubah
penafsiran Anda atas pesan-pesannya, begitu seterusnya. Menggunkan
pandangan ini tampak bahwa komunikasi bersifat dinamis. Pandangan inilah yang
disebut komunikasi sebagai transaksi.
Kelebihan konseptualisasi ini adalah bahwa komunikasi tersebut tidak membatasi
kita pada komunikasi yang disengaja atau respons yang dapat diamati. Artinya,
komunikasi terjadi apakah para pelakunya menyengajanya atau tidak, dan bahkan
meskipun menghasilkan respons yang tidak dapat diamati.
Dalam komunikasi transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung bila
seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, baik verbal maupun nonverbal.
Pendekatan transaksional menyarankan bahwa semua unsur dalam proses komunikasi
saling berhubungan.
KONTEKS-KONTEKS KOMUNIKASI
Secara luas konteks di sini berarti semua faktor di luar orang yang
bekomunikasi yang terdiri dari :
1. Aspek bersifat fisik
Seperti : iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna
dinding, penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang
tersedia untuk menyampaikan pesan.
2. Aspek psikologis
Seperti : sikap kecenderungan , prasangka dan emosi peserta
komunikasi.
3. Aspek sosial
Seperti : norma kelompok, nilai sosial dan karakteristik budaya.
4. Aspek waktu
Yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa, pagi, siang,
sore, malam )
Selain istilah konteks yang lazim, juga digunakan istilah tingkat (level),
bentuk (type), situasi (situation), keadaan(setting), arena, jenis (kind), cara
(mode), pertemuan (encounter), dan kategori.
Menurut Verderber misalnya, konteks komunikasi terdiri dari : konteks fisik,
konteks sosial, konteks historis, konteks psikologis dan konteks kultural. Indikator
paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasar konteksnya adalah
jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka dikenallah : komunikasi
intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok
(kecil), komunikasi publik, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Pendekatan
untuk membedakan konteks komunikasi adalah pendekatan situasional (situational
approach) yang dikemukakan G. R. Miller.
Komunikasi massa melibatkan banyak komunikator, berlangsung melalui sistem
bermedia dengan jarak fisik yang rendah (artinya jauh), memungkinkan penggunaan
satu atau dua saluran indrawi dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik
segera. Sebaliknya, komunikasi antarpribadi melibatkan sejumlah komunikator
yang relatif kecil, berlangsung dengan jarak fisik yang dekat, bertatap-muka,
memungkinkan jumlah maksimum saluran indrawi, dan umpan balik segera.
Kategorisasi berdasarkan tingkat (level) paling lazim digunakan untuk melihat
konteks komunikasi, dimulai dari komunikasi yang melibatkan jumlah peserta
komunikasi paling sedikit hingga paling banyak. Terdapat empat tingkat
komunikasi yang disepakati para pakar, yaitu komunikasi antarpribadi,
komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, dan komunikasi
massa. Beberapa pakar lain menambahkan komunikasi
intrapribadi, komunikasi diadik (komunikasi dua-orang) dan komunikasi
publik (pidato depan khalayak).
Komunikasi intrapribadi
Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication)
adalah komunikasi dengan diri sendiri. Contohnya berpikir. Komunikasi ini
merupakan landasan komunikasi antarpribadi dan komunikasi dalam konteks
lainnya. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada
keefektifan komunikasi kita dengan diri-sendiri.
Komunikasi antarpribadi
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)
adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal
maupun nonverbal. Bentuk khusus komunikasi ini adalah komunikasi diadik (dyadic
communication) yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami-istri, dua
sejawat, dua sahabat dekat, dsb. Ciri komunikasi diadik adalah : pihak-pihak
yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat, mengirim dan menerima pesan
secara stimulan dan spontan, baik secara verbal atau nonverbal. Sebagai
komunikasi yang paling lengkap dan sempurna, komunikasi antarpribadi berperan
penting hingga kapan pun, selama manusia masih mempunyai emosi. Komunikasi ini
membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya.
Komunikasi kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama,
yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu
sama lainnya dan memandang mereka sebagian dari kelompok tersebut, meskipun
mempunyai peran berbeda. Misalnya : keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat,
kelompok diskusi, dsb. Komunikasi kelompok merujuk pada komunikasi yang
dilakukan kelompok kecil bersifat tatap-muka. Komunikasi kelompok melibatkan
juga komunikasi antarpribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi
antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Komunikasi publik
Komunikasi publik (public communication) adalah
komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak),
yang tidak bisa dikenali satu persatu. Atau sering disebut juga pidato,
ceramah, atau kuliah (umum). Beberapa pakar komunikasi menggunakan istilah
kelompok-besar (large-group communication) untuk komunikasi ini.
Komunikasi publik biasanya berlangsung lebih formal dan lebih sulit daripada
komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok, karena komunikasi publik
menuntut persiapan pesan yang cermat, keberanian dan kemampuan menghadapi
sejumlah besar orang. Ciri komunikasi publik adalah : terjadi di tempat umum (
publik ), misalnya di auditorium, kelas, tempat ibadah, atau tempat lain yang
dihadiri sejumlah besar orang ;merupakan peristiwa sosial yang biasanya telah
direncanakan alih-alih peristiwa relatif informal yang tidak terstruktur;
terdapat agenda; beberapa orang ditunjuk menjalankan funfsi khusus, seperti
memperkenalkan pembicara, dsb. Komunikasi publik serimg bertujuan memberikan
penerangan, menghibur, memberikan penghormatan atau membujuk.
Komunikasi organinisasi
Organizational communication terjadi dalam organisasi bersifat formal dan
informal, dan berlangsung dalam jringan yang lebih besar daripada komunikasi
kelompok. Komunikasi organisasi sering melibatkan juga komunikasi diadik,
komunikasi antarpribadi dan ada kalanya komunikasi publik. Komunikasi formal
adalah komunikasi menurut struktur organisasi yakni komunikasi ke bawah,
komunikasi ke atas dan komunikasi horizontal. Komunikasi informal tidak
bergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi sejawat juga gosip.
Komunikasi massa
Komunikasi massa (massa commnnication) adalah komunikasi
yang menggunakan media massa, baik cetak maupun elektronik, berbiaya relatif
mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang
ditujukan kepada sejumlah orang besar yang tersebar di banyak tempat, anonim
dan heterogen. Pesannya bersifat umum, disampaikan secara tepat, serantak dan
selintas (khususnya elektronik). Komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok,
komunikasi publik dan komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses mempersiapkan
pesan yang disampaikan media massa ini.
Konteks-konteks komunikasi lainnya
Konteks komunikasi dapat dirancang berdasarkan kritris tertentu.
Mary B. Cassata dan Molefi K. Asante membandingkan tiga cara komunikasi antara
komunikasi antarpribadi, komunikasi medio, dan komuniaksi media masssa. Konteks komunikasi
dapat diklasifikasikan berdasarkan bidang, kejuruan atau kekhususan, sehingga
menjadi : komunikasi politik, komunikasi kesehatan, komunikasi pertanian,
komunikasi bisnis, komunikasi instruksional, komunikasi pembangunan, komunikasi
antarbudaya, komunikasi internasional, dan komunikasi antar galaksi.
BAB
3
PRINSIP-PRINSIP
KOMUNIKASI
Seperti fungsi dan
definisi komunikasi, prinsip-prinsip komunikasi juga diuraikan dengan berbagai cara
oleh pakar komunikasi. Para pakar komunikasi berbeda-beda dalam menggunakan
istilah untuk menjabarkan tentang prinsip-prinsip komunikasi, sebagai
contoh William B. Gudykunst dan Young Yun Kim mengistilahkan
sebagai asumsi-asumsi komunikasi, sedangkan Cassandra L. Book, Bert E.
Bradley, Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, Sarah
Trenholm dan Arthur Jensen menyebutnya sebagai
karakteristik-karakteristik komunikasi. Dengan bersumber dari berbagai pakar
komunikasi Deddy Mulyana, MA, Ph.D. mencoba untuk merumuskan
prinsip-prinsip komunikasi.
Berikut ini adalah prinsip-prinsip komunikasi yang di jabarkan
oleh “Dedi Mulyana” berdasarkan pengalaman dan pengamatan pribadi serta rujukan
lain yang relavan. Prinsip-prinsip komunikasi tersebut pada dasarnya merupakan
penjabaran lebih jauh dari definisi atau hakikat komunikasi.
PRINSIP 1 : KOMUNIKASI ADALAH SUATU PROSES SIMBOLIK
Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti dikatakan susane K. Lenge, adalalh
kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Salah satu kelebihan manusia
dari makhluk lain (hewan) adalah ia diberi kemampuan untuk berfikir, Seorang
filosuf mengistilahkan sebagai al hayawanu nathiq manusia
adalah hewan yang berfikir. Dengan fikiran itulah manusia mempunyai kemampuan
untuk menggunakan lambang. Ernst Cassier menyebutkan bahwa
yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah kemampuannya dalam
menggunakan simbol (animal symbolicum).
Lambang atau simbol adalah sesuatu yang
digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok
orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan
objek yang maknanya disepakati bersama. Kata kunci dari lambang atau simbol ini
adalah adanya kesepakatan sekelompok orang, tanpa adanya kesepakatan tersebut
maka simbol tersebut tidak akan dapat dijadikan sebagai komunikasi.
Lambang adalah salah satu kategori tanda,
hubungan antara tanda dengan objek dapat direpresentasikan oleh ikon dan indeks,
akan tetapi ikon[1] dan indeks[2] tidak
memerlukan kesepakatan. Salah satu ciri ikon adalah kemiripan sebagaimana
ketika anda membuat Kartu Anggota Perpustakaan maka foto yang tertempel pada
kartu tersebut adalah ikon anda. Akhir-akhir ini lambang itu sering
dipertukarkan dalam penggunaannya, sebagai contoh Romeo dan Juliet / Rama dan
Shinta merupakan lambang “cinta yang abadi”. Sedangkan indeks
muncul berdasarkan hubungan antara sebab dan akibat yang punya kedekatan
eksistensi, sebagai contoh ketika matahari terbenam maka merupakan indeks bahwa
waktu shalat maghrib telah masuk, akan tetapi bagi sebagian masyarakat yang
masih percaya pada hal-hal yang mistik maka ketika matahari terbenam merupakan
sinyal waktu keluarnya jin dan setan lainnya sehingga para orang tua melarang anak-anak
kecil untuk keluar rumah maka waktu terbenamnya matahari merupakan lambang
karena sudah disepakati oleh masyarakat tersebut.
Lambang mempunyai
karateristik sebagai berikut :
1. Lambang bersifat sembarang, manasuka,
atau sewenang-wenang.
Sebagaimana dalam muqaddimah bahwa hal yang
paling utama dalam lambang adalah adanya kesepakatan, maka apapun bentuknya
dapat dijadikan sebagai lambang, baik berupa kata-kata, isyarat anggota tubuh,
hewan, tumbuhan dan sebagainya. Sebagai contoh bahwa kenapa buah yang berduri
itu disebut durian, atau hewan yang berkokok itu disebut ayam, penyebutan
tersebut tentunya karena orang bersepakat
2. Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna.
Yang memberikan makna
pada sebuah lambang itu adalah pikiran kita, bahkan kata-kata itupun merupakan
pemaknaan dari pikiran kita. Tentu akan menjadi hal yang sulit apabila suatu
perkataan tidak dimaknai dengan makna yang sama, maka hal ini akan menjadikan
miss communication.
3. Lambang itu bervariasi
Yang dimaksud dengan
bervariasi adalah bahwa lambang itu akan berubah dari konteks waktu ke konteks
waktu yang lain, dari suatu tempat ke tempat lain dan dari satu budaya ke
budaya lain.
Lambang kekayan pada masyarakat jawa tahun tujuh puluhan adalah
dengan rumah gedhong (tembok) karena pada waktu itu rumah biasa dibuat dari
bambu atau papan, lambang tersebut tentunya tidak berlaku lagi pada zaman sekarang karena kebanyakan masyarakat sudah mampu untuk
hanya membuat rumah gedhong.
PRINSIP 2: SETIAP
PELAKU MEMPUNYAI POTENSI KOMUNIKASI
Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (We Cannot not
communicate). Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi.
Alih-alih, komunikasi terjadi bila seseorang member makna pada perilaku orang
lain atau perilakunya sendiri
Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak
bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang
tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah
( komunikasi non verbal ) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi
suatu stimulus.
PRINSIP 3: KOMUNIKASI
PUNYA DIMENSI ISI DAN DIMENSI HUBUNGAN
Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan
disandi secara nonverbal. Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi
sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya dan
mengisyaratkan, bagaimana hubungan para peserta komunikasi dan bagaimana seharusnya
pesan itu ditafsirkan. Sebagai contoh kalimat“Makan..tuh” dengan
nada lembut bermakna perintah untuk makan sedangkan apabila menggunakan
intonasi tinggi maka bermakna larangan memakannya. Ketika seseorang tahu bahwa
temannya sedang makan iapun tetap menyapa dengan kalimat “makan…?” hal
itu bermakna menyapa agar tidak dikatakan sebagai orang yang judes atau cuek. Dalam komunikasi massa, dimensi isi merujuk
pada isi pesan, sedangkan dimensi hubungan merujuk kepada unsur-unsur lain termasuk
juga jenis aluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut.
PRINSIP 4: KOMUNIKASI ITU BERLANGSUNG DALAM BERBAGAI
TINGKAT KESENGAJAAN.
Komunikasi dilakukan manusia dari yang tidak sengaja hingga yang
sengaja dan sadar serta terencana melakukan komunikasi. Kesadaran akan lebih
tinggi ketika berkomunikasi dalam situasi-situasi khusus. Sebagai contoh ketika
kita bercakap-cakap dengan seorang yang baru dikenal tentunya akan berbeda cara
berkomunikasi kita dibanding ketika kita bercakap-cakap dengan teman yang sudah
biasa bergaul sehari-hari. Akan tetapi kita juga akan bisa berkomunikasi dengan
kesadaran yang lebih tinggi dengan teman sehari-hari kita apabila teman
tersebut menyampaikan berita yang sangat menarik bagi kita.
Adanya perilaku-perilaku dalam berkomunikasi akan menimbulkan
asumsi-asumsi orang lain yang bisa benar atau belum tentu benar secara mutlak.
Sebagai contoh ketika seorang mahasiswa mempresentasikan makalahnya dengan
sering menggaruk-garuk kepalanya maka kita akan berasumsi bahwa mahasiswa
tersebut kurang siap, walaupun mahasiswa tersebut tidak demikian. Untuk
membuktikan bahwa niat atau kesengajaan bukan syarat mutlak berkomunikasi dapat
dilihat dari contoh kasus sebagai berikut ; Ketika anak muda yang belum tahu
tata krama Yogya-Solo berjalan di depan orang yang lebih tua pada masyarakat
Yogyakarta dan Solo klasik dan ia tidak membungkukkan badan maka dia akan dicap
sebagai anak yang tidak punya tata krama walaupun anak itu tidak sengaja.
PRINSIP 5: KOMUNIKASI TERJADI DALAM KONTEKS RUANG DAN
WAKTU
Pesan komunikasi yang dikirim oleh pihak komunikan baik secara
verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi
itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirim dan kapan komunikasi itu
berlangsung.
Seseorang yang berkomunikasi akan menimbulkan makna-makna
tertentu, sedangkan makna tersebut berhubungan dengan konteks fisik/ruang,
waktu, sosial, dan psikologis. Sebagai contoh bahwa komunikasi berhubungan
dengan ruang adalah akan dianggap “kurang sopan” apabila
menghadiri acara protokoler dengan memakai kaos oblong. Adapun waktu dapat
mempengaruhi makna komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut seoarang yang
berlangganan koran Republika dan koran itu selalu datang jam 05.30 kemudian
dengan tiba-tiba datang jam 09.00 tentunya pelanggan tersebut akan mempunyai
persepsi-persepsi tertentu.
PRINSIP 6:
KOMUNIKASI MELIBATKAN PREDIKSI PESERTA KOMUNIKASI
Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi
mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakrama.
Artinya, orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang
menerima pesan akan merespon. Prediksi ini tidak selalu disadari, dan sering
belangsung cepat. Kita dapat memprediksi perilaku komunikasi orang lain
berdasarkan peransosialnya. Misanya anda mengetahui bagaimana tatakrama dalam
berbahasa ketika anda berhaapan dengan orang tua anda atau orang yang lebih
tua. Misalnya tidak dapat menyapa orang tua anda dengan “kamu” atau “elu”.
PRINSIP 7: KOMUNIKASI
ITU BERSIFAT SISTEMIK
Setiap Individu adalah suatu system yang hidup
( A Living System ). Organ-organ dalam tubuh kita saling
berhubungan. Kerusakan mata dapat membuat kepala kita pusing. Bahkan unsure
diri kita yang bersifat jasmani juga berhubungan dengan unsure kita yang
bersifat rohani.
Komunikasi juga menyangkut suatu system dari unsur-unsurnya.setidaknya dua
system dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi itu system internal dan
eksternal. System internal adalah seluruh system nilai yang dibawah oleh
seseorang individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap
selalu sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya ( Keluarga,
Masyarakat setempat, kelompok suku, kelompok agama, lembaga pendidikan, dan
lain-lain). System internal ini mengandung semua unsur yang membentuk individu
yang unik. Kita hanya dapat menduganya lewat kata-kata yang ia ucapkan dan
perilaku yang ia tunjukkan. Jumlah system internal ini adalah sebanyak individu
yang ada.
System Eksternal terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan diluar individu,
termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat fisik, kegaduhan
disekitarnya, penataan ruangan, cahaya, dan temperature ruangan. Lingkungan dan
objek mempengaruhi komunikasi kita namun persepsi kita atas lingkungan kita
juga mempengaruhi kita berperilaku.
PRINSIP 8: SEMAKIN
MIRIP LATAR BELAKAN SOSIAL BUDAYA SEMAKIN EFEKTIFLAH KOMUNIKASI
Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan
yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama
untuk berkomunikasi.
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan
para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi). Dalam kenyataannya,
tidak pernah ada dua manusia yang persis sama, meskipun mereka kembar. Namun
adanya kesamaan sekali lagi akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik
dan pada gilirannya karena kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih
efektif.
PRINSIP 9: KOMUNIKASI BERSIFAT
NONSEKUENSIAL
Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti
tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti
bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.
PRINSIP 10: KOMUNIKASI
BERSIFAT PROSESUAL, DINAMIS DAN TRANSAKSIONAL
Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi
itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi
diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
PRINSIP 11: KOMUNIKASI
BERSIFAT IRREVERSIBLE
Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian
rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi
tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain,
maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain
tersebut.
PRINSIP 12: KOMUNIKASI
BUKAN PANESAUNTUK MENYELESAIKAN BERBAGAI MASALAH
Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah. Banya persoalan dan konflik antar
manusia disebabkan oleh masalah komunikasi. Namun komunikasi bukanlah panasea
(obat mujrab) untuk menyelesaikan persoalan atau konflik itu, karena konflik
atau persoalan tersebut mungkin berkaitan dengan masalah structural.
0 Response to "Rangkuman Pengantar Ilmu Komunikasi Deddy Mulyana, MA, Ph.D"
Post a Comment